MAKALAH
KEPEMIMPINAN
MATA KULIAH : PSIKOLOGI UNTUK PEKERJAAN SOSIAL I
DOSEN MATA KULIAH : Dr. CAROLINA
NITIMIHARDJO, MS
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
1. SAMUDRAMAN HAREFA 11.04.022
2. MUFIKHOH 11.04.299
3. AULIA SORAYA UMAR 11.04.304
4.
FAJAR CAHAYA GREENHILL 11.04.326
KELAS 1K
SEKOLAH TINGGI
KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
T.P.
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Kepemimpinan”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Psikologi Untuk Pekerjaan Sosial
I
Penulis
mengharapkan makalah
ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal menambah wawasan kita
mengenai Kepemimpinan
baik dalam kelompok maupun suatu organisasi.
Penyusun
mengucapkan terimakasih kepada dosen mata
kuliah yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada kami dan rekan-rekan
mahasiswa yang telah mendukung dan menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik. Kami mengharapkan semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bandung, 25
Oktober 2011
Penulis,
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................................. i
DAFTAR
ISI............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG........................................................................................ 1
1.2
RUMUSAN
MASALAH……………………..…...………………………...… 1
1.3
TUJUAN
PENULISAN…………………………………………………..….... 1
1.4
MANFAAT
PENULISAN………………………....…………………..….…... 2
1.5
SISTEMATIKA
PENULISAN………………………………………...……… 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
HAKIKAT
KEPEMIMPINAN........................................................................... 3
2.2
TEORI
KEPEMIMPINAN................................................................................. 5
2.3
KRITERIA PEMIMPIN………………………………………………………. 10
2.4
PERAN PEMIMPIN…………………………………………………………... 12
BAB III PENUTUP
3.1
KESIMPULAN................................................................................................... 14
3.2 SARAN............................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..…..... 16
1.1
LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalau
berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok
baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.Hidup dalam kelompok
tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota
kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai. Keteraturan hidup perlu
selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Menciptakan &
menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia.
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi
dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir,
kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan
kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dan kehidupan
sosial dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin
dirinya sendiri.
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola
diri, kelompok dan lingkungan dengan baik serta dapat membuat suatu kebijakan
atau keputusan dengan tepat dan benar.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1)
Bagaimana hakikat kepemimpinan?
2)
Apakah teori–teori kepemimpinan?
3)
Apa kriteria pemimpin?
4)
Apa peran pemimpin?
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah:
1)
Untuk mengetahui dan memahami hakikat kepemimpinan.
2)
Untuk mengetahui dan memahami teori–teori kepemimpinan.
3)
Untuk mengetahui dan memahami kriteria pemimpin.
4)
Untuk mengetahui dan memahami peran pemimpin.
1.4 MANFAAT PENULISAN
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah:
1)
Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok
bahasan tentang kepemimpinan
2)
Agar mahasiswa dapat menerapkan sikap kepemimpinan yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN
1.6
LATAR
BELAKANG
1.7
RUMUSAN
MASALAH
1.8
TUJUAN
PENULISAN
1.9
MANFAAT
PENULISAN
1.10
SISTEMATIKA
PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN
2.5
HAKIKAT KEPEMIMPINAN
2.6
TEORI KEPEMIMPINAN
2.7
KRITERIA PEMIMPIN
2.8
PERAN PEMIMPIN
BAB III PENUTUP
3.2
KESIMPULAN
3.3
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
HAKIKAT KEPEMIMPINAN
Dalam kehidupan sehari–hari, baik
di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan
sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan. Ketiga kata
tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya.
Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya :
1)
Menurut Drs.
H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari
pekerjaannya dalam mencapai tujuan.
2)
Menurut Robert
Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formaluntuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan agar bertanggung jawab, supaya
semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusahaan.
3)
Menurut Prof.
Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhkan dan
mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yang
baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima
kepercayaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia
sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan.
4)
Menurut Lao
Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan orang
lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu.
5)
Menurut Davis
and Filley, Pemimpin adalah
seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan
suatu pekerjaan memimpin.
Sedangakan menurut Pancasila,
Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan
membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan
Pancasila adalah :
a)
Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan
sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi
orang–orang yang dipimpinnya.
b)
Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu
membangkitkan semangat dalam berprestasi dan berkreasi pada orang–orang yang dibimbingnya.
c)
Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong
orang–orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung
jawab.
Seorang pemimpin boleh
berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tidak memadai apabila ia
tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri
para bawahannya.Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, penulis dapatmenyimpulkan bahwa Pemimpin adalah
orang yang mendapat amanah serta memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik
untuk mengurus atau mengatur orang lain.
Kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai
tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhidan menggerakkan orang–orang
sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama
secara royal untuk menyelesaikan tugas.
Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga
kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan sebelumnya
tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi
pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor.
Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang tergantung
pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya,
keterampilan, bakat, sifat–sifatnya, atau kewenangannya yang dimiliki yang mana
nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan.
Fungsi pemimpin dalam suatu
organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting
bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi
kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
1)
Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi
kebijakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
2)
Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan
planning, organizing, staffing, directing, commanding, controlling, dsb.
2.2 TEORI KEPEMIMPINAN
Memahami teori-teori kepemimpinan
sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana kepemimpinan dalam suatu
organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif serta menunjang kepada
produktifitas organisasi secara keseluruhan.
Seorang pemimpin harus mengerti
tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi dalam menjalankan
sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemimpinan antara lain :
1)
Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory )
Analisis ilmiah tentang
kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori
sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa
pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal
dengan ”The Greatma Theory”. Dalam perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh
dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat–sifat
kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat–sifat itu antara lain : sifat fisik, mental,
dan kepribadian.
Keith Devis merumuskan 4
sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi,
antara lain :
a.
Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang
mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata–rata dari pengikutnya
akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada
umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengikutnya.
b.
Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan
lingkungan internal maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai
emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan
goyah dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c.
Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki
motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang
kuatinikemudiantercermin pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d.
Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan
sehingga para pengikutnya mampu berpihak kepadanya
2)
Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Perilaku seorang pemimpin memiliki kecendrungan
kearah 2 hal berikut.
a.
Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu
kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan.
Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti :membela bawahan, memberi masukan
kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
b.
Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang
pemimpin yang memberikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat ,
bawahan mendapat instruksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan
dilakukan, dan hasil yang akan dicapai.
Jadi, berdasarkan teori ini,
seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki
perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula.
3)
Teori Kewibawaan Pemimpin
Kewibawaan merupakan
faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang
pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan
maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa yang
dikehendaki oleh pemimpin.
4)
Teori Kepemimpinan Situasi
Seorang pemimpin harus
merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai
dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
5)
Teori Kelompok
Agar tujuan kelompok
(organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara pemimpin
dengan pengikutnya.
Dari adanya berbagai teori
kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kepemimpinan tertentu akan
sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang
menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat, keterampilan dan
sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap,
berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang
untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda–beda atas dasar
motivasi,kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara
beberapa gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana
perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan.
Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward
(baik ekonomis maupun nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan
yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau
punishment, berarti dia menerapkan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua
ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi
menimbulkan kerugian manusiawi.
Selain gaya
kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya.
a)
Otokratis
Kepemimpinan seperti ini
menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan
pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memusatkan
kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situasi
kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang
diperintahkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas
ancaman dan hukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya
memungkinkan pengambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan
pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten.
b)
Partisipasif
Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang
dimilikinya sehingga keputusan yang diambil tidak bersifat sepihak.
c)
Demokrasi
Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya
menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Di bawah
kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat
bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
d)
Kendali Bebas
e)
Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan,
struktur organisasi bersifat longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu
Pemimpin menghindari kuasa dan tanggungjawab, kemudian menggantungkannya kepada
kelompok baik dalam menetapkan tujuan dan menanggulangi masalahnya sendiri.
Dilihat dari orientasi si
pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapkan, yaitu gaya konsideral
dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pegawai dan orientasi tugas.
Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa prestasi dan kepuasan
kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupakan gaya
kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas
yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membuat
orang–orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi.
Pemimpin yang positif,
partisipatif, dan
berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan pemimpinyang terbaik. Fiedler telah
mengembangkan suatumodel
pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni model
kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling
sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya ini
Fiedler ingin menunjukkan bahwa keefektifan ditunjukkan oleh interaksi antara
orientasi pegawai dengan 3 variabel yang berkaitan dengan pengikut, tugas dan
organisasi. Ketiga variabel itu adalah hubungan antara pemimpin dengan anngota
(Leader–memberrolations), struktur tugas (task strukture), dan kuasa posisi
pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan
atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua
mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk melakukan pekerjaan,
variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi
pemimpin.
Model kontingensi Fieldler ini
serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi
kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan
antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan tingkat kematangan (muturity)
pengikutnya.Perilaku pengikut atau bawahan ini amat penting untuk mengetahui
kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut sebagai individu bisa
menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok, pengikut dapat
menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.
Menurut Hersey dan Blanchard
(dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 ) bahwa masing-masing gaya
kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadari bahwa
setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sulit
untuk mengubahnya meskipun perlu. Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan
seseorang. Salah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard,
yang mengemukakan 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini
dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi
lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah :
1.
Directing
Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas
yang rumit dan staf kita belum memiliki pengalaman dan motivasi untuk
mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila anda berada di bawah tekanan waktu
penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan.
Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-communicating (penjelasan
berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuangan waktu). Dalam
proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan–aturan dan proses yang
detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaikan dengan
detil yang sudah dikerjakan.
2. Coaching
Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan
aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu
diambil, mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima barbagai masukan
dari bawahan. Gaya yang tepat apabila staf kita telah lebih termotivasi dan
berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan
kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tugasnya, dengan meluangkan
waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik dengan mereka.
3.
Supporting
Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan
membantu upaya bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak
memberikan arahan secara detail, tetapi tanggung jawab dan proses pengambilan
keputusan dibagi bersama dengan bawahan. Gaya ini akan berhasil apabila
karyawan telah mengenal teknik–teknik yang dituntut dan telah mengembangkan
hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal ini kita perlumeluangkan waktu
untuk berbincang–bincang, untuk lebih melibatkan mereka dalam penganbilan
keputusan kerja, serta mendengarkan saran–saran mereka mengenai peningkatan
kinerja.
4.
Delegating
Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan
seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan
berjalan baik apabila staf kita sepenuhnya telah paham dan efisien dalm
pekerjaan, sehingga kita dapat melepas mereka menjalankan tugas atau pekerjaan
itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendiri.
Keempat gaya ini tentu saja
mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat tergantung dari lingkungan di
mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian
timbul apa yang disebut sebagai ”situational leadership”. Situational leadership
mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuaikan keadaan dari
orang – orang yang dipimpinnya.
2.3
KRITERIA PEMIMPIN
Pimpinan
yang dapat dikatakan sebagai pemimpin seharusnya memenuhi beberapa kriteria,
yaitu :
1)
Pengaruh : Seorang pemimpin adalah
seorang yang memiliki orang-orang yang mendukungnya yang turut membesarkan nama
sang pimpinan. Pengaruh ini menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang
lain tunduk pada apa yang dikatakan sang pemimpin. John C. Maxwell, penulis
buku-buku kepemimpinan pernah berkata: Leadership is Influence (Kepemimpinan
adalah soal pengaruh). Mother Teresa dan Lady Diana adalah contoh kriteria
seorang pemimpin yang punya pengaruh.
2)
Kekuasaan/power : Seorang pemimpin
umumnya diikuti oleh orang lain karena dia memiliki kekuasaan/power yang
membuat orang lain menghargai keberadaannya. Tanpa kekuasaan atau kekuatan yang
dimiliki sang pemimpin, tentunya tidak ada orang yang mau menjadi pendukungnya.
Kekuasaan/kekuatan yang dimiliki sang pemimpin ini menjadikan orang lain akan
tergantung pada apa yang dimiliki sang pemimpin, tanpa itu mereka tidak dapat
berbuat apa apa. Hubungan ini menjadikan hubungan yang bersifat simbiosis
mutualisme, dimana kedua belah pihak sama-sama saling diuntungkan.
3)
Wewenang : Wewenang di sini dapat
diartikan sebagai hak yang diberikan kepada pemimpin untuk fnenetapkan sebuah
keputusan dalam melaksanakan suatu hal/kebijakan. Wewenang di sini juga dapat
dialihkan kepada bawahan oleh pimpinan apabila sang pemimpin percaya bahwa
bawahan tersebut mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik,
sehingga bawahan diberi kepercayaan untuk melaksanakan tanpa perlu campur tangan dari sangpemimpin.
4)
Pengikut : Seorang pemimpin yang
memiliki pengaruh, kekuasaaan/power, dan wewenang tidak dapat dikatakan sebagai
pemimpin apabila dia tidak memiliki pengikut yang berada di belakangnya yang
memberi dukungan dan mengikuti apa yang dikatakan sang pemimpin. Tanpa adanya
pengikut maka pemimpin tidak akan ada. Pemimpin dan pengikut adalah dua hal
yang tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri sendiri.
5)
Pemimpin harus mempunya sifat
dasar : bertanggung jawab, berorientasi pada sasaran, tegas, cakap, bertumbuh,
memberi teladan, dapat membangkitkan semangat, jujur, setia, murah hati, rendah
hati, efisien, memperhatikan, mampu berkomunikasi, dapat mempersatukan, dan
dapat mengajak, serta dapat dipercaya.
Selain itu, ditengah–tengah
dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku staf atau individu yang berbeda–beda), maka untuk mencapai efektivitas organisasi,
penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan
keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional leadership,sebagaimana telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan
adalah bahwa untuk dapat mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini,
seseorang perlu memiliki tiga kemampuan khusus yakni :
1.
Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan
untuk menilai tingkat pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas.
2.
Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau
adaptability skills) yaitu kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang
paling tepat berdasarkan analisa terhadap situasi.
3.
Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni
kemampuan untuk menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan
yang kita terapkan.
2.4
PERAN PEMIMPIN
Ketiga kemampuan di atas
sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang pemimpin harus dapat
melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran pengolah
informasi (information processing), serta peran pengambilan keputusan (decision
making) (Gordon, 1996 : 314-315).
1.
Peran pertama meliputi :
a.
Peran Figurehead, Sebagai simbol dari organisasi
b.
Leader, Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya
c.
Liaison, Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan
organisasi.
2.
Peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni :
a.
Monitior, Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau
berpartisipasi dalam suatu kepanitiaan.
b.
Disseminator, Menyampaikan informasi, nilai–nilai baru dan fakta kepada bawahan.
c.
Spokeman, Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang–orang di luar
organisasinya.
3.
Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :
a.
Enterpreneur, Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi.
b.
Disturbance Handler, Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi
sedang dalam keadaan menurun.
c.
Resources Allocator, Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang
dan waktu dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas – tugas bawahan, dan
mengesahkan setiap keputusan.
d.
Negotiator, Melakukan perundingan dan tawar–menawar.
Dalam perspektif yang lebih
sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 macam peran pemimpin yang
disebut dengan 3A, yakni :
1.
Alighting, Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya.
2.
Aligning, Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap
orang menuju ke arah yang sama.
3.
Allowing, Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara
kerja mereka.
Jika saja Indonesia memiliki
pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi luar biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin,
pengikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik,
cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita
tergantung kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat
pula yang dipimpin.
Rahasia utama kepemimpinan adalah
kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya,
tapi dari kekuatanpribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan
pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah
orang lain dengan efektif sebelum merubah diri sendiri. Bangunan akan bagus,
kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk memikirkan membangun umat,
membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong kosong jika tidak
diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah diri sendiri
adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Kepemimpinan
pada hakikatnya adalah kegiatan mempengaruhi perilaku
orang-orang lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi
itu mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang kepemimpinan,
yaitu mempengaruhi perilaku orang lain. Kepemimpinan dalam organisasi diarahkan
untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, agar mau berbuat seperti yang
diharapkan ataupun diarahkan oleh orang yang memimpinnya.Pemimpin hendaknya memiliki beberapa kriteria yang seharusnya
dimiliki oleh seorang pemimpin yang menyangkut kepribadiannya, keterampilan, bakat,sifat–sifatnya, atau kewenangannya yang
dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan.
Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi :
menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya
kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan
kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis
dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan. Pemimpin yang professional adalah
pemimpin yang memahami akan tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin
hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja
yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan dalam
mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan.
3.2 SARAN
Sangat diperlukan
sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu
harus selalu dipupuk dan dikembangkan, dimulai dari memimpin diri sendiri
hingga memimpin suatu kelompok atau organisasi dalam masyarakat. Sebagai
generasi penerus bangsa ke depan, mahasiswa harus belajar menerapkan sikap dan
jiwa kepemimpinan dalam berpikir dan bertindak, serta mengambil suatu keputusan.
Mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa
ke depan harus lebih dulu memahami tentang kepemimpinan sehingga dapat
menjalankan tugasnya sebagai seorang pemimpin yang mampu memimpin suatu
kelompok atau organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Selain itu, pemimpin
juga harus memiliki komitmen yang kuat serta gigih dalam mentuntaskan
pekerjaannya karena semakin kuat yang
memimpin maka semakin kuat pula
yang dipimpin beserta kelompok atau organisasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A.2009. Psikologi
Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Alisuf, Sabri. 1993. Pengantar Psikologi Umum dan
Perkembangan Pedoman. Jakarta: Pedoman
Ilmu.
Lewis, A. 1982. The Psychology of Taxation. Oxford: Martin
Robertson.
Robbins, Stephen P., 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks.